Ahad (31/10) Departemen Keilmuan Ikatan Mahasiswa Sastra Arab menghadirkan Munaqosyah Ilmiah dengan tema “Puisi Arab dan Politik. Kegiatan ini diisi oleh Dr. Zulfa Purnamawati, S.S., M.Hum. (dosen sastra Arab UGM) dan Gelegar Bryan Harits (Sastra Arab 2020) selaku pemandu acara. Saat Al-Qur’an diturunkan, orang-orang Arab mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah seorang penyair. Hal tersebut disesbab kan karena bahasa yang digunakan Al-Qur’an bukanlah bahasa yang biasa digunakan, tetapi juga tidak jauh dari kehidupan masyarakat Arab.
Negara-negara Arab merupakan negara yang memiliki identitas sebagai bangsa Arab yang sangat kuat, meskipun terdiri dari berbagai negara. Sehingga timbul perbedaan signifikan dalam pengajaran puisi antara Arab dan negara lainnya. Contohnya, sistem pembelajaran di Indonesia, puisi hanya diajarkan. Berbeda dengan Arab yang para siswanya diharuskan menghafalkan puisi.
Para sastrawan tidak hanya ahli dalam bidang sastra, namun juga bidang pengetahuan lainnya. Sehingga tidak mengherankan jika latar belakang sastrawan bukan hanya sastra. maka dari itu, sastrawan tidak hanya mengandalkan perasaan dalam menghasilkan karya sastranya. Akal sangat penting, karena dapat menggerakkan pikiran logis dan berperasaan. Harus ada keserasian antara akal dan perasaan, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa sastra memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan seseorang.
Puisi politik menjadi salah satu topik yang populer. Puisi politik adalah puisi yang mengabarkan situasi politik pada satu masa untuk mengejek sebuah pemerintahan. Puisi ini banyak digunakan pada zaman jahiliyah. Periodisasi sastra Arab sangat erat dengan kondisi politik yang sedang berlangsung. Puisi politik yang baru, ditulis dengan bahasa yang sederhana agar dapat dipahami oleh masyarakat dengan mudah.