MUNAQOSYAH ILMIAH 3 : SASTRA ARAB PALESTINA, SIMBOL PERJUANGAN TANPA JEDA

Minggu (30/5) Departemen Keilmuan Ikatan Mahasiswa Sastra Arab UGM mnyelenggarakan Munaqosyah Ilmiah ketiga dengan tajuk “Sastra Arab Palestina: Simbol Perjuangan Tanpa Jeda” dengan peserta munaqosyah ditujukan untuk mahasiwa dan masyarakat umum. Pada munaqosyah kali ini, kami mengundang Ibu Dr. Hindun, M.Hum (Dosen Sastra Arab UGM) selaku narasumber beserta pemandu acara Pristitan Alken (Mahasiswa Sastra Arab UGM 2019).

Deklarasi berdirinya negara Israel pada 1948 dapat terlaksana melalui penguasaan secara besar-besaran atas wilayah Palestina. Akibat hilangnya wilayah itu, mulai muncul gerakan-gerakan perlawanan bangsa Palestina untuk mengembalikan wilayah mereka yang dikuasai Israel. Gerakan perlawanan itu dilakukan baik melalui fisik, diplomatik, maupun karya sastra. Karya sastra ini dikenal dengan genre Adab al-Muqawamah atau Sastra Perlawanan. Sastra sebagai bentuk seruan agar bangsa Palestina terus melawan dan berjuang merebut kembali kemerdekaan Palestina dari tangan Israel.

Salah satu penyair Palestina yang masyhur ialah Ibrahim Tauqan. Beliau menyusun puisi berjudul ‘’Mautini’’ yang kemudian menjadi lagu kebangsaan non resmi sehingga dapat ditujukan untuk negara lain seperti Irak dan Palestina. Lagu kebangsaan ini berisi harapan, seperti kemuliaan, kebahagiaan, dan kebebasan. Poin-poin itulah yang tidak dimiliki oleh bangsa Palestina saat ini yang menjadikan lagu tersebut sangat mewakili tangisan mereka.

Selain Ibhraim Tauqan, salah satu penyair yang tak kalah berpengaruh dalam pergolakan perjuangan kemerdekaan Palestina ialah Harun Hashim Rashid. Pria kelahiran Gaza, Palestina ini banyak menghasilkan puisi tentang perjuangan Palestina dengan menelanjangi peran Inggris sebagai penyebab masuknya Zionis ke dalam Palestina. Puisi yang beliau susun atas tipu daya Inggris dalam Deklarasi Balfour dapat menggugah orang-orang yang membacanya.

لَوْلَا خَدَاعُ الإنْكْلِيزِ وغَدْرُهم           مَا عَاشَ في أرضِ الأُسودِ كِلَابُ

والغربُ يا لَلغربُ أنَّ قُدومَه           نحوَ البـــــــــــــــــــــــــلادِ مصيبةٌ وخَرَابَ

هو اخْطُبُوْطٌ فَاجِرٌ مُسْتَعْمِرٌ         في كُلِّ ناَحِيَـــــــــــــــــــــــــــةٍ لـــــــــــــــــــــــــــــه أَذْنَابُ

Kalau bukan karena tipudaya Inggris, anjing tidak akan hidup di tanah singa

Barat oh Barat, kedatanganmu ke negeri ini adalah musibah dan kehancuran

Ia adalah gurita lacur lagi penjajah yang dari segala penjuru punya sengat penghancur

Adapun sosok terakhir yang berulang kali dipenjara atas suksesnya karya yang ia hasilkan untuk menyadarkan bangsa Palestina ialah Mahmud Darwisy. Beliau ingin mewujudkan kemerdekaan Palestina dengan cara damai, tanpa pertumpahan darah. Dan cara tersebut dapat diwujudkan melalui menyadarkan warga Palestina melalui karyanya, dan melalui PLO dengan jalan perundingan. Kemudian beliau keluar dari organisasi tersebut karena hasil dari perundingan tidak pernah dijalankan. Salah satu karya beliau yang terkenal bertajuk سَجِّلْ! أنا عَرَبِيٌّ (Catatlah! Aku adalah orang Arab!”) sebagai berikut.

سَجِّلْ! أنا عَرَبِيٌّ

ورقْمُ بِطَاقَتِيْ خمسون أَلْفٍ

وأَوْلاَدِي ثَمَانِيَة

وتاَسِعُهُمْ سَيَأْتِيْ بعدَ صَّيْف

فهَل تَغْضَبُ؟

سَجِّلْ! أنا عربيُّ

وأعملُ مع رِفَاقِ القَدَحِ في مَحْجَرِ

وأطفالي ثمانية

أَصِلُ لهم رغيفَ الخبزِ

والأثوابَ والدفترَ

من الحَجَرِ

ولَا أَتَوَسَّلُ الصدقاتِ من باَبِكَ

ولَا أُصَغِّرُ أمامَ بِلاَطِ أَعْتَابِكَ

فهَلْ تغضَب؟

Catat! Aku orang Arab

Nomor kartuku 50.000

Anakku delapan

Yang ke Sembilan akan lahir di musim panas mendatang

Apakah kamu marah?

Catat! Aku orang Arab

Aku bekerja keras di bukit batu

Anakku delapan

Aku beri mereka roti

baju, buku

yang terbuat dari batu

aku tidak dapat memohon sedekahmu dari pintumu

aku juga tidak mengemis di depan lantai sumpah serapahmu

apakah kamu marah?