Arti “Air dan Ikan” menurut Kode Bahasa, Sastra, dan Budaya

Tahun ini Fakultas Ilmu Budaya UGM genap berusia 69 tahun. Pada hari Selasa, 3 Maret 2015 dilangsungkan puncak perhelatan ulang tahun atau dies FIB. Bertempat di Auditorium Fakultas, dihelat rapat senat terbuka dengan salah satu acara pidato dies. Pada kesempatan kali ini, Prof. Sangidu, M.Hum. yang memberikan pidato dies. Dengan tema kemaritiman, Prof. Sangidu memberi judul pidatonya dengan Arti “Air dan Ikan” menurut Kode Bahasa, Sastra, dan Budaya. 

Dalam pidatonya, Prof. Sangidu banyak berbicara tentang air dan ikan. Air menurut Prof. Sangidu adalah salah satu sumber kehidupan yang vital, sedangkan ikan dapat ditafsirkan sebagai manusia, khususnya manusia yang tengah bersalik menuju ilahi. Di akhir pidato, Prof. Sangidu mengutip salah satu puisi Taufiq Ismail berjudul Sembilan Pertanyaan Cucu Kiyai Pada Kakeknya.

Kek, sesudah bumi mati,

Agar bisa hidup lagi.

Apa yang Dia beri?

 

Air

 

Fir’aun raja luar biasa kuasa,

Apa yang menghabiskannya,

 

Air

 

Kakekku, dari apa

Semua makhluk diciptakanNya?

 

Air

 

Listrik menerangi dunia,

Menggerakkan berates juta jentera,

Apa gerangan penyebabnya?

 

Air

 

Ummat Nuh degil dan jumawa.

Kutuk apa gerangan yang menyapu habis mereka?

 

Air

 

Marah membara di hati hasutan syaitan,

Dengan apa kakek tekan?

 

Air

 

Apa yang harus ada di dalam mata,

Ketika Qur’an dengan khusyuk dibaca?

 

Air

 

Kakekku, sebelum orang menghadap Ilahi Rabbi,

Dalam posisi berdiri,

Dari kepala sampai ke kaki,

Dengan apa orang bersuci diri?

 

Air

Kek, bagaimana kalau di dunia kita,

Air tidak ada?

 

Eyang kiyai termenung sebentar.

 

Wahai cucuku yang cerdas sekali,

Masalah ini langsung kau tanyakan sendiri,

Pada tahun di sorga nanti.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.