Minggu (28/3) Departemen Keilmuan Ikatan Mahasiswa Sastra Arab UGM menyelenggarakan Munaqosyah Ilmiah Pertama dengan tajuk Pengaruh Ilmu Nahwu dalam Sastra Arab dengan peserta mahasiswa dan masyarakat umum. Dalam munaqosyah ini, kami mengundang Bapak Hamdan, M.A. selaku Dosen Sastra Arab UGM sebagai narasumber yang dipandu oleh Himatul Rokhmah yaitu Mahasiswa Sastra Arab UGM 2019 sebagai pemandu acara.
Dalam munaqosyah ini, Bapak Hamdan memaparkan bagaimana posisi dan urgensi ilmu nahwu terhadap perkembangan karya sastra Arab pada masa silam hingga kontemporer. Beliau memulai dengan mendefinisikan bahasa Arab sesuai dengan bagaimana kalangan Arab memahaminya. Dalam penuturannya, bahasa Arab merupakan pelafalan yang terdiri dari huruf-huruf dimana huruf itu sendiri merupakan bentuk dari kesatuan antara makhraj (tempat keluarnya huruf hijaiyah) dengan suara. Selama lafaz memiliki maksud/makna, maka ia menjadi bahasa. Namun tak sebatas maksud saja, perlu adanya penyesuaian komposisi lafaz yang diinginkan agar dapat digunakan, dipahami, dan diterima sebagai bagian dari bahasa Arab. Oleh karena itu, untuk mempelajari bahasa Arab dengan baik, kita butuh menapaki anak tangga yang pertama yaitu ilmu nahwu dan ilmu shorof.
Bahasa yang digunakan untuk karya sastra Arab, tergolong bahasa yang lebih rumit dari umumnya karena selain memperhatikan kaidah gramatikal, mengutamakan sudut estetika berupa kata-kata yang hiperbolis merupakan ciri khas dari bentuk keindahan sastra. Ilmu nahwu sebagai fondasi vital dalam pembentukan ungkapan bahasa Arab, harus beberapa kali menerima penyesuaian dengan kompetensi yang telah ditetapkan bangsa Arab demi lahirnya esensi artistik dari karya sastra tersetbut. Beliau memberikan contoh keelokan makna dalam salah satu karya sastra Arab yaitu kalimat حيل المصاحف. حيل adalah gelombang, sedangkan المصاحف adalah lembaran. Dimaklumi bahwa gelombang bermakna kuat, adapun lembaran bersifat lemah. Dengan menggabungkan kedua hal kontradikif tersebut, disinilah letak sebuah paradoks yang bertujuan agar orang-orang Arab mampu dalam kebersamaan tetap kembali pada kitab-kitab suci.
Foto Dokumentasi: