Berita
Didirikan pada tahun 1929 oleh K.H. Ahmad Fadlil, Pondok Pesantren Darussalam—Ciamis, Jawa Barat—kini telah berusia 89 tahun. Pondok pesantren yang dirintis dari sebuah masjid itu kini telah menjelma menjadi pesantren besar dengan ribuan santri yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Tak hanya menyelenggarakan pendidikan nonformal berupa pesantren, lembaga pendidikan yang pada mulanya bernama Pesantren Tjidewa itu terus mengembangkan diri dengan membuat sekolah-sekolah dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi—Institut Agama Islam Darussalam (IAID)—sebagai lembaga pendidikan formalnya guna menjawab tantangan zaman.
Sebagai sebuah lembaga yang mengajarkan ilmu agama Islam, Pondok Pesantren Darussalam menjadikan bahasa Arab sebagai salah satu mata pelajaran wajib, bahkan yang utama. Bahasa Arab diajarkan dari mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi pada pendidikan formal serta seluruh tingkat pendidikan pada lembaga pendidikan pesantrennya. Seluruh santri di pesantren wajib menguasai bahasa Arab guna mempelajari ilmu-ilmu keislaman serta bahasa komunikasi harian. Dengan demikian, penggunaan dan pengajaran bahasa Arab bukanlah hal yang asing bagi pesantren ini.
Akan tetapi, meski demikian, guna terus meningkatkan kualitas dan kemampuan para santri serta para pelajar dan mahasiswa di lingkungan Pondok Pesantren Darussalam, pesantren ini terus berupaya memperbaiki sistem dan kemampuan personal para pengajar bahasa Arabnya. Salah satu cara yang ditempuhnya yaitu dengan melakukan kerja sama dengan Prodi Sastra Arab UGM. Hal tersebut juga dimaksudkan untuk mencari solusi atas kendala-kendala yang lazim dihadapi oleh para ustadz/ustadzah di dalam proses belajar-mengajar yang dilakukan mereka di lingkungan pondok pesantren.
Untuk itulah, pada tanggal 18-20 Juli 2018, dalam program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM), Prodi Sastra Arab, FIB, UGM menghelat acara bertajuk “Metode Pembelajaran Percakapan Bahasa Arab” yang dikhususkan bagi para guru pengajar bahasa Arab di lingkungan Pondok Pesantren Darussalam Ciamis ini. Acara PKM kali ini dihadiri oleh kurang lebih tiga puluh lima orang peserta. Mereka adalah para ustadz dan ustadzah pengajar bahasa Arab di lingkungan Pondok Pesantren Darussalam, baik dari lembaga nonformal pesantren maupun lembaga pendidikan formal, mulai tingkat SD hingga perguruan tinggi.
Program pengabdian kepada masyarakat kali ini termanifestasi dalam tiga kegiatan utama. Pertama, penyampaian kuliah umum dengan tema “Perkembangan Bahasa Arab Mutakhir”. Kuliah umum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Juli 2018, mulai pukul 19.30–21.30 WIB. Kegiatan ini bertempat di auditorium Institut Agama Islam Darussalam. Pemateri pada acara ini adalah Prof. Dr. Syamsul Hadi, S.U., M.A. selaku guru besar Sastra Arab, FIB, UGM.
Kuliah umum ini mengulas mengenai perubahan-perubahan yang terjadi pada bidang bahasa Arab sesuai dengan situasi dan perubahan masyarakat penuturnya—masyarakat Arab. Secara gamblang, Prof. Dr. Syamsul Hadi menjelaskan sejarah perumusan tata bahasa Arab hingga periode awal penyusunan kamus bahasa Arab serta tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya. Pembahasan lebih dalam mengenai munculnya beberapa aliran dalam penulisan kamus juga tak lepas dari penjelasannya. Begitu pula mengenai penggunaan program atau aplikasi kamus digital yang marak belakangan ini. Dalam hal kamus digital ini, ia mengkritisi nilai edukasi serta tingkat keakuratan hasil kerja aplikasi tersebut. Selain itu, ia juga menyampaikan pandangannya ke depan mengenai potensi pengembangan aplikasi kamus digital.
Kedua, identifikasi kendala pengajaran bahasa Arab. Kegiatan ini dilangsungkan di auditorium IAID pada Kamis, 19 Juli 2018, pukul 08.00-10.00 WIB. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi kendala atau kesulitan yang lazim ditemui oleh para ustadz dan ustadzah pengampu mata pelajaran bahasa Arab di lingkungan Pondok Pesantren Darussalam ketika mereka mengajar. Kegiatan ini diawali dengan penjelasan mengenai pentingnya kepekaan seorang pendidik terhadap keadaan peserta didiknya. Dengan memiliki kepekaan, seorang pendidik akan dapat mengetahui hal apa saja yang dibutuhkan agar pengajaran bahasa Arab yang dilakukannya berjalan baik serta mendapatkan hasil maksimal. Dengan kepekaan ini pulalah, seorang pendidik akan mengetahui beragam kendala yang berpotensi menghambat proses pembelajaran yang dihelatnya.
Adapun guna mengidentifikasi beragam kendala pengajaran bahasa Arab, peserta kemudian dikelompokkan sesuai dengan kriteria tertentu. Pembagian kelompok ini penting mengingat permasalahan yang dihadapi oleh seorang guru bahasa Arab akan berbeda di setiap tingkat pendidikan tempatnya mengajar. Mereka kemudian berdiskusi di dalam kelompok masing-masing untuk menggali beragam persoalan yang dihadapi. Setelah selesai, setiap kelompok akan mempresentasikan hasil diskusinya di hadapan seluruh kelompok yang ada. Dari hasil pemaparan tiap-tiap kelompok, tampak bahwa kendala terbesar dan sering dihadapi oleh para guru bahasa Arab di lingkungan pesantren tersebut adalah persoalan di wilayah bahasa Arab lisan, khususnya percakapan. Oleh karena itu, kegiatan selanjutnya—yakni kegiatan ketiga—yang dilaksanakan adalah pelatihan metode pembelajaran percakapan.
Kegiatan pelatihan metode pembelajaran percakapan yang dilakukan oleh para dosen Prodi Sastra Arab UGM terhadap para pengajar bahasa Arab di lingkungan Pondok Pesantren Darussalam ini meliputi beberapa teknik. Di antara teknik-teknik tersebut misalnya teknik menirukan, teknik membaca gambar, teknik recalling, teknik permainan, teknik drill, teknik bernyanyi, teknik peran, teknik bercerita, serta teknik presentasi. Diharapkan, setelah para guru bahasa Arab itu mengetahui dan memahami teknik-teknik tersebut, persoalan pembelajaran bahasa Arab yang mereka temui dapat diatasi, sehingga para siswa dan santri akan merasakan kemudahan serta suasana yang menyenangkan di dalam mempelajari bahasa Arab. []
Universitas Gadjah Mada adalah universitas yang pertama kali merintis Program Transfer Kredit (Rintisan Double Degree) dengan Universitas Canal Suez Ismailia Mesir. Kerjasama dan penandatanganan MOU antara kedua universitas ini sudah dilakukan sejak tahun 2005. Kegiatan ini merupakan ajang studi internasional bagi peserta yang mengikutinya. Melalui kegiatan ini, diharapkan terjadi ikatan keilmuan antarmahasiswa kedua universitas.
Program Rintisan Double Degree merupakan program jurusan Sastra Asia Barat FIB UGM bekerja sama dengan Universitas Canal Suez Ismailia Mesir. Saat ini Program Rintisan Double Degree ini dilaksanakan dalam bentuk Transfer Kredit yang dilakukan di Universitas Canal Suez Mesir. Mata kuliah yang diambil mahasiswa di universitas partner ini akan mengantikan mata kuliah wajib jurusan. Nilai hasil studi di Universitas Canal Suez Mesir akan ditransfer menggantikan mata kuliah wajib di Jurusan Sastra Asia Barat FIB UGM. Kegiatan transfer kredit ini berlangsung selama satu semester, yang dilaksanakan setiap semester ganjil untuk mahasiswa semester 5 dan 7.
Mesir adalah salah satu tempat kajian dan pusat ilmu pengetahuan bahasa Arab dunia. Dengan program ini diharapkan mahasiswa dapat belajar dan mengembangakan pengetahuan bahasa Arab lebih mendalam dengan para dosen dan lingkungan yang ada di sana khususnya Mesir. Program Transfer Kredit ini diikuti oleh 34 mahasiswa dari beberapa universitas negeri di Indonesia di bawah naungan Dikti. Antara lain Universitas Padjajaran (9 mahasiswa), Universitas Pendidikan Indonesia (4 mahasiswa), Universitas Negeri Jakarta (1 Mahasiswa), Universitas Negeri Semarang (2 mahasiswa), Universitas Sebelas Maret (1 mahasiswa), dan Universitas Gadjah Mada (17 mahasiswa, 10 mahasiswa dari program strata-1 dan 7 mahasiswa dari program pascasarjana).
Dalam program ini mahasiswa melaksanakan berbagai aktivitas perkuliahan sebagaimana yang dilaksanakan di Indonesia selama satu semester. Selain itu, kegiatan pengembangan kemahiran bahasa Arab, dan kunjungan di beberapa tempat juga telah dilaksanakan. Kegiatan ini diharapkan mampu memberi kontribusi positif bagi bangsa dan daerah kami, menambah pengetahuan serta pengalaman bagi mahasiswa agar dapat berbagi ilmu kepada masyarakat umum, dan khususnya pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada.
Tahun ini Fakultas Ilmu Budaya UGM genap berusia 69 tahun. Pada hari Selasa, 3 Maret 2015 dilangsungkan puncak perhelatan ulang tahun atau dies FIB. Bertempat di Auditorium Fakultas, dihelat rapat senat terbuka dengan salah satu acara pidato dies. Pada kesempatan kali ini, Prof. Sangidu, M.Hum. yang memberikan pidato dies. Dengan tema kemaritiman, Prof. Sangidu memberi judul pidatonya dengan Arti “Air dan Ikan” menurut Kode Bahasa, Sastra, dan Budaya.
Dalam pidatonya, Prof. Sangidu banyak berbicara tentang air dan ikan. Air menurut Prof. Sangidu adalah salah satu sumber kehidupan yang vital, sedangkan ikan dapat ditafsirkan sebagai manusia, khususnya manusia yang tengah bersalik menuju ilahi. Di akhir pidato, Prof. Sangidu mengutip salah satu puisi Taufiq Ismail berjudul Sembilan Pertanyaan Cucu Kiyai Pada Kakeknya.
Kek, sesudah bumi mati,
Agar bisa hidup lagi.
Apa yang Dia beri?
Air
Fir’aun raja luar biasa kuasa,
Apa yang menghabiskannya,
Air
Kakekku, dari apa
Semua makhluk diciptakanNya?
Air
Listrik menerangi dunia,
Menggerakkan berates juta jentera,
Apa gerangan penyebabnya?
Air
Ummat Nuh degil dan jumawa.
Kutuk apa gerangan yang menyapu habis mereka?
Air
Marah membara di hati hasutan syaitan,
Dengan apa kakek tekan?
Air
Apa yang harus ada di dalam mata,
Ketika Qur’an dengan khusyuk dibaca?
Air
Kakekku, sebelum orang menghadap Ilahi Rabbi,
Dalam posisi berdiri,
Dari kepala sampai ke kaki,
Dengan apa orang bersuci diri?
Air
Kek, bagaimana kalau di dunia kita,
Air tidak ada?
Eyang kiyai termenung sebentar.
Wahai cucuku yang cerdas sekali,
Masalah ini langsung kau tanyakan sendiri,
Pada tahun di sorga nanti.